God Of War

God Of War

God OF War

God Of WAr

God OF War

God Of War

God Of War

God Of War

God Of War

Kamis, 11 Oktober 2012

Para Titan Melawan Dewa Olimpus

Titanomakhia, Legenda Peperangan Besar Para Titan Melawan Dewa Olimpus

Titan dalam mitologi Yunani adalah para penguasa bumi sebelum para dewa Olimpus. Pemimpin mereka bernama Kronos yang nantinya akan digulingkan oleh Zeus. Semua Titan yang berjumlah 12 adalah anak dari Uranus dewa langit dan Gaia dewi bumi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4YAYghcn-lhtAcRpbKZUGgaUO4wFbQqoopK445OJnzGQQMIErBndGhJCNs4JW1-pvdY13VRx03i8rRFq8n-07f9Wix1qliPb_-yS-PaCUi4P9y-ij4t9DjwX_4BKZvQwIWRra9u2hVyk/s1600/God-of-War-2-PlayStation-2-1258.jpg
Titan mengalami perang besar dengan para dewa Olimpus yang disebut Titanomakhia. Mayoritas Titan akan terlibat dengan perang ini. Dalam perang ini Titan mengalami kekalahan dan semua yang ikut bertempur bersama Kronos dibuang ke Tartaros.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidl8_fL1epL91EJXiQ0OALor9ke6OY7z9C3tnvN8PqToJsXBfSmyncPByGxdIVPIwG3TSEWLDsrM4LmEsrMmZTK1VxC2s8xjrYj2QLZoBSCGw40Ffhn97gJZQu-bpLeBPZ6UK7diNN-bY/s1600/god-of-war-2-god-of-war-2-fondo-de-pantalla-1024-x-768-aguila.jpg
Titan generasi pertama terdiri dari 6 pria (Okeanos, Hiperion, Koios, Kronos, Krios dan Iapetos) dan enam wanita (Mnemosine, Tethis, Theia, Foibe, Rhea dan Themis).
Sementara Titan generasi kedua terdiri dari anak-anak Titan generasi pertama, yakni anak-anak Hiperion (Eos, Helios, dan Selene); anak-anak Koios (Leto dan Asteria); anak-anak Iapetos (Atlas, Prometheus, Epimetheus, dan Menoitios); dan anak-anak Krios (Astraios, Pallas, dan Perses).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQ4AVCOFcvUf_gv0V1AYohbKzWUz6wLkI7yxMXXaxzodXB8Z1WwoSigXlROWaob3nIxrt3fjT-3RPHL0AkrFaOGX5OiGm0luBave7pSAFOKdSDOgZ34ZQNg69P-JQlqbwT6sFZkL1OYOY/s1600/kratos-god-of-war.jpg
Dalam suatu mitos yang diceritakan oleh Kallimakhos dan Nonnos, Zeus berniat menjadikan Zagreus (Dionisos) sebagai penggantinya. Namun Hera marah karena Zagreus lahir dari perselingkuhan Zeus.
Hera mengirim para Titan untuk membunuhnya. Para Titan mengecat wajah mereka dengan gipsum untuk membuat Zagreus tertarik pada mereka.
Kemudian para Titan mengoyak-ngoyak dan memakan tubuh Zagreus. Zeus marah dan membunuh para Titan. Sementara jantung Zagreus diselamatkan oleh Athena untuk kemudian dibuat kembali menjadi Zagreus.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMId-PaZ0EzUx4cOevwn-SpRsmYMaNUo0VATxwjPG8Gh2Kq40UcBI25FAopZcG2Bs_whZuZADQaA3-gdgYV9Zd26R3x9PLqYRz3vdCa4N-rUsmsrDcELySHX2z1yKVCpQ7aXLrR4THplw/s1600/kratos23kwpsd0sb.jpg
Pertempuran yang terjadi selama 10 tahun antara para Titan melawan dewa-dewa Olimpus jauh sebelum keberadaan manusia.
Para Titan berjuang dari Gunung Othrys dan para dewa Olimpus, berjuang dari Gunung Olimpus. Perang ini terjadi karena Zeus dan saudara-saudaranya melakukan perlawanan terhadap Kronos, Ayah mereka yang telah menelan mereka.
Titan wanita memilih tidak terlibat perang, Okeanos memilih tetap netral, sedangkan Prometheus, Epimetheus, dan Stiks beserta anak-anaknya berpihak pada Zeus. Tapi Zeus tetap butuh bantuan dalam melawan para Titan.
Karena itu, setelah diberi saran oleh Gaia, Zeus membebaskan para Hekatonkhire dan para Kiklops yang dikurung di Tartaros.
Keterlibatan para raksasa itu terbukti berperan banyak dalam perang tersebut. Para Kiklops membuatkan senjata-senjata hebat untuk Zeus dan saudaranya-saudaranya, sedangkan tiga Hekatonkhire mampu melemparkan 300 batu besar pada para Titan dalam sekali lempar.
Setelah berlangsung selama sepuluh tahun, pihak Zeus akhirnya meraih kemenangan. Zeus kemudian mengurung para Titan yang melawannya di Tartaros. Sedangkan Atlas harus memikul langit di pundaknya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB2Wp88QxaWlq9_8RjUWGpbRooZOLuE2BN5L520tCEKRs-Ol2oibgHtA7Tz87LtmP1rIY3Ql0M4sEYDBpXFklPifomPaJ9C_Cb1UHUtf416Y5QEwtJ-RAP5Y3jm0AaerSQqVQFkHSAzgU/s1600/300px-CronGoW201.jpg
Orang-orang Yunani kuno membuat beberapa puisi mengenai perang ini. Yang paling dominan dan satu-satunya yang masih ada adalah Theogonia karya Hesiodos.
Sebuah puisi yang hilang, Titanomakhia, dibuat oleh penyair buta dari Thrakia bernama Thamyris. Para Titan juga berperan penting dalam puisi-puisi karya Orfeus.
Dan meskipun hanya potongan-potongan kecil dari narasi Orfeus yang masih tersisa, naskah tersebut menunjukan perbedaan dengan Hesiodos.

Kratos (God of War)

Kratos (God of War)

Kratos
Kratos God of War III.png
Seri permainan God of War
Permainan pertama God of War (2005)
Dibuat oleh David Jaffe
Diisi suara oleh (Inggris) Terrence C. Carson
Diisi suara oleh (Jepang) Tesshō Genda
Kratos adalah tokoh fiksi protagonis dari seri permainan konsol yang berjudul God of War. Karakter ini pertama kali muncul di God of War yang dirilis pada tahun 2005. Dalam permainan video ini, Kratos merupakan petualang yang berusaha membalas dendam, kisahnya berlanjut ke seri-seri God of War berikutnya. Serial permainan konsol ini telah menjadi judul permainan terdahsyat untuk merek dagang PlayStation, God of War tersedia untuk PlayStation 2 dan PlayStation Portable. God of War: Betrayal adalah judul pertama yang dirilis untuk konsol lain, seri ini menjadi serial God of War pertama untuk ponsel. God of War 3 adalah serial God of War terbaru yang dibuat khusus untuk PlayStation 3. God of War 3 juga tersedia dalam versi God of War III Ultimate Edition dengan penambahan sejumlah konten digital, kapasitas datanya mencapai 35 GB.

Riwayat hidup

Kratos adalah seorang kapten pasukan Sparta yang menanjak karier dengan cepat. Awalnya ia hanya memiliki 50 pasukan dibawah komandonya, kemudian jumlah tersebut berkembang menjadi ribuan pasukan. Setelah menjadi jenderal, ia banyak memenangkan peperangan. Saat itu juga ia banyak memperolah harta rampasan maupun harta karun dalam petualangannya menjadi seorang jederal pasukan Sparta.
Seiring pengalamannya dalam berperang, Kratos menjadi manusia yang brutal dan haus akan peperangan. Hanya istrinya yang berani menanyakan motif dan tujuannya tersebut, tapi ia menjawabnya bahwa itu semua demi kejayaan bangsa Sparta. Kemudian istrinya menyangkal Kratos, dan ia mengatakan bahwa Kratos melakukan tersebut demi ambisi Kratos sendiri dalam kegemarannya untuk berperang.
Pada suatu masa, pasukan Sparta berperang dengan bangsa barbar dari Timur yang terkenal karena keganasan dan kebiadaban mereka. Pasukan Sparta kalah secara jumlah dan kekuatan pasukan, hal ini merupakan kekalahan terpahit yang dialami Kratos selama berperang. Pada saat terdesak akan dibunuh oleh pemimpin pasukan barbar, Kratos berteriak memohon bantuan Ares sang dewa perang. Kratos berjanji akan menjadi pelayan Ares jika ia diberikan bantuan untuk mengalahkan musuhnya dalam peperangan tersebut. Ares mengabulkan permohonan Kratos, dan Ares memberikan sepasang senjata Blades of Chaos. Dengan bantuan tersebut, Kratos menebas putus kepala sang pemimpin pasukan barbar dengan menggunakan Blades of Chaos.
Kratos melayani Ares dengan setia, ia meneror setiap daerah dan membuat kekacauan dengan mengatasnamakan Ares sang dewa perang. Tanpa diketahui Kratos, Ares menjebaknya untuk membantai keluarganya sendiri di sebuah kuil yang terdapat di desa yang penduduknya adalah para pengikut Athena. Pada saat menyadari bahwa ia telah membantai istri dan putri tercintanya, saat itu juga ia mengutuk kelicikan Ares, dan menyatakan bahwa ia berhenti menjadi pelayan sang dewa perang. Kratos meninggalkan jenazah keluarganya tersebut di kuil pemuja Athena yang juga tempat ia membantai keluarga tanpa disengaja. Di depan kuil yang terbakar tersebut, Kratos dihukum atas aksi brutalnya tersebut. Sekujur tubuhnya diselimuti abu keluarganya yang terbakar, dan membuat kulit Kratos putih sepucat bulan purnama. Saat itulah ia dikenal sebagai Ghost of Sparta (Hantu Sparta).
Setelah kejadian pembantai keluarganya yang dilakukan oleh dirinya, Kratos dihantui oleh kenangan dan mimpi buruk. Itu membuat jiwa dan pikirannya tertekan serta kondisi batin yang kacau-balau. Ia meninggalkan Sparta, dan bertualang ke seluruh penjuru Yunani demi mencari sebuah tempat di laut Aegea yang dapat menenteramkan kondisi jiwa, pikiran, dan batinnya atas tekanan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Demi memperoleh ketenteraman dengan dihapusnya kenangan dan mimpi buruk tersebut, ia bersedia menjadi pengikut dan pelayan Dewa-Dewi Olimpus selain Ares.
Bagi manusia, Kratos digambarkan sebagai simbol kekejaman dan keegoisan. Ia dijauhi dan dibenci oleh setiap manusia, bahkan manusia lebih rela mati daripada ditolong oleh Kratos. Ghost of Sparta adalah panggilan bagi Kratos setiap ia dilihat oleh setiap orang. Sejak kematian istri dan putrinya, selama 10 tahun Kratos telah menjadi pengikut dan pesuruh Dewa-Dewi Olimpus. Bagaimanapun juga, ia menyimpan dendam yang membara untuk Ares. Pada akhir cerita God of War yang pertama di saat Ares menemui ajalnya di tangan Kratos, Ares mengatakan bahwa ia melakukan semua itu untuk menjadikan Kratos sebagai seorang petarung yang terkuat dan terhebat di dunia.

Sabtu, 18 Februari 2012

God of War II Review

FYI, I’m converting all of my future reviews over to my new Star System, for ease of use. Also, I’m not going to strive to be as technical, but instead I’ll just try to give you an impression of what I liked an didn’t like of whatever I review in the future. I’ve decided I’m not a wikipedia entry. I’m just a guy with opinions about games, which other people might want to know.
On to the Review!
“God of War II” Review (GoW Collection Edition)
Sorry, Cliffy, but God of War II beat you to the Bigger Better and More Badass idea.
Jan 20, 2010 – I really likes the first God of War. Perhaps I even borderline loved it. But the first God of War simply can’t compare to the second in most respects. The sequel was better graphically (if only slightly,) and it had better combat and more epic moments.
But before I get to gushing about the parts of the game I loved, let’s first talk about some of the downers. The puzzles simply aren’t as neat or interesting as the first one. In the first game, Pandora’s temple felt like a real masterful labyrinth.  It felt truly crafted to be an excellent puzzle showpiece, with elements like the rotating room to be particularly gratifying. When you figure out one of the original’s puzzles, you really felt like you accomplished something.
In God of War II, the puzzles simply aren’t as engaging or satisfying. They are either very small, one room affairs, or they are merely long chains of “Grab the Keycard” style gameplay. Occasionally a puzzle will stand out, but really, the temples and such are just hallways to slaughter undead and monstrous foes in.
The other downer is that it doesn’t have as much of the flavor of personal loss and emotion as the first one. In that game, your hatred of Ares was really well done because it was tied directly to your personal tragedy. The second game focuses primarily on the betrayal of Zeus and Kratos’ revenge against the gods. It doesn’t have as much weight behind it. Sadness was in many ways just as important an emotion in Kratos’ motivation as his rage was. Now he’s mostly rage.

Yeah, He's Still Mad
That’s not to say that the emotional aspects are altogether missing. Instead, you follow Kratos on an interesting and engaging journey of revenge that is very suitable for its mythological setting. In the first game, you were a Mortal fighting a God, and so the emotions were more human. Now the stage is set between Titans and Gods (Kratos now being a fallen god himself.) The emotional impact takes a backstep only inasmuch as the story becomes that much more mythological, and it is a natural progression for the story.
As God of War III nears, I hope they manage to bring the emotional impact once more down to a human level. We’ll see.
But as for the mythological elements, the game does it all spectacularly. The creative design for the characters and places is great (if a little bland for some of the Titans.) The places you go and the being you interact with become grander and grander. Epic is the only word I can think of to describe it all.

Wow. Just Wow.
The fact that the very first level involves Kratos fighting the Colossus of Rhodes (the Colossus of freaking Rhodes!) is incredible. The scale and power of your enemies is impressive, and will often make you feel like an ant. Climbing up the face of Atlus is quite the experience.
But as amazing as all this is, it’s the gameplay which is the real star. They took the great fighting system from the first game and made it feel even smoother. Combos are slick and easy to pull off without feeling too much like a button masher. I felt in control of the chaos I was causing at all times. I never once felt like I did something I didn’t really want to do. The only time when this wasn’t true was in cases of platforming with the wings of Icarus, which was sometimes a little awkward due to the way the camera works in the game.

Kratos Will Beat Down At All Altitudes
Perhaps the greatest improvement is in the slightly larger window in which to get the quicktime events. In the first game I would fail time and time again because I simply didn’t have enough time to register the symbol on screen and press the button on my controller. Now almost all of the quicktime events are just a tad easier to accomplish and it feels just right for the difficulty. Better yet, the more difficult enemies get, the quicker the quicktime events happen, making the progression in challenge feel believable and acceptable, even when Zeus kicked my butt over and over and over again at the end of the game.
The music and voice acting is as good as it was in the first game, especially for Kratos, though it sometimes seems like they could only afford two female voice actors. I’ll now how God of War music stuck in my head for a few days, but that’s fine with me. It’s good stuff.
Closing Comments:
God of War II is an excellent game. In many ways, though not all, it surpasses the original. This franchise is a classic of modern gaming, especially of the last console generation, and everyone who owns a PS2 should do themselves the favor of checking this one out. Or hey, if you have a PS3 get the God of War Collection. You won’t regret giving God of War II a spin.